
“Do you know what is the strongest spell that evil ever casted?” dia bertanya. Aku menguap lebar, lalu kembali menatap layar ponsel. “Huh?” “Tahu, nggak?” Aku menggeliat sampai gigiku gemeletuk. Mataku menangkap baris-baris cahaya lampu yang lolos dari kerai jendela. Aku hapal biasnya. Kukembalikan pandanganku ke layar, memastikan aku tak salah lihat. Masih belum subuh.…

Aku mencintai perempuan gila itu. Perkara itu sudah jelas. Apakah dia membalas perasaanku, tak pernah diketahui. Tak akan pernah. Karena kini dia sudah mati. Seorang pengendara mabuk menabraknya saat dia hendak menyeberang jalan. Perempuan itu mati seketika. Peruntungan yang membuat banyak orang ternganga. Aku juga ternganga. Terlebih dengan seorang bayi berusia seminggu yang menangis kelaparan…

“Menurutmu, jika kita jatuh, apakah akan mati?” Anwar menghentikan gerakannya menyuap sup—yang terlalu cair menurutku. Seperti biasa, dia hanya tersenyum, mengerti bahwa itu bukan pertanyaanku sebenarnya. “Ada banyak teori tentang itu.” “Tentang mati?” “Kalau itu cuma satu.” Anwar menegakkan punggung, tiga jam—dan masih terus berlanjut—di perjalanan pasti membebaninya. “Maksudku sebelumnya: apa yang bisa terjadi pada…