
“Belum tidur?” Aku sampai menjatuhkan korek api dari tanganku. Tak kusangka Nenek masih terjaga. Ini sudah lewat satu jam dari tengah malam. Cepat kusembunyikan sebatang rokok di tangan kiriku. “Eh, belum.” Aku menggeleng. Memaksakan tersenyum. Nenek balas tersenyum. Sama sekali tidak terpaksa kelihatannya. Ia kemudian menepuk-nepuk pundakku. Aku tak berani memperkirakan maksudnya. Aku memilih untuk…

Apa yang kalian ketahui tentang penyihir? Atau, jika kusebutkan kata ‘sihir’, apa yang terlintas di benak? Hampir semua yang kutanyai sebelumnya, memberikan jawaban mengecewakan. Kisah tentang penyihir sudah begitu lama tersiar hingga kesesatannya sudah tak bisa diluruskan. Meskipun itu membantuku — dan penyihir lainnya —, untuk bisa hidup tenang dan tersembunyi; belakangan, aku hampir tak…

“Kau paham konsekuensi semua ini, kan?” kalimat terakhir dari penyihir bermata emas itu terngiang-ngiang. “Mengubah masa lalu—sekecil apapun, akan ada balasannya. Mengubah masa depan—, kuharap tekadmu sudah benar-benar bulat, Nak. Dan waktumu tak panjang, jangan berlama-lama di sana,” kecemasan memenuhi air mukanya. Aku menelan ludah. Panik mulai memenuhi benak. Kurasakan sensasi aneh mencair di mulutku. …

Jam berapa? Sekilas tak ada yang janggal dari jawabannya atas pertanyaanku barusan. Ia menjawab ringkas, lalu tersenyum, sebelum sekali lagi menatap jam tangannya. Yang lain mungkin mengira ia sedang memastikan jawabannya tak keliru. Tapi aku tidak. Aku tahu pasti alasannya. Ia sedang mengenangnya. Wanita yang pernah mengisi hatinya, dan waktunya. Aku menyadarinya saat ulang tahun…