
Harus aku katakan bahwa saat sebulan lalu kepikiran untuk bikin event ini, aku pikir akan punya banyak waktu bikin konten untuk nge-boost partisipasi ahahaha. Tentu saja tidak kejadian kerana Q4 bukanlah waktu yang tepat untuk leha-leha sodara-sodara. *sulking*
Tapi, yaaa… ada tiga orang yang hadir! Yay! Alhamdulillah! Love you much!
Ada Mak Sabrina, penulis yang aku kenal secara random circa era kegelapan aka covid19. Entah bagaimana ceritanya, mungkin Jein yang lebih ingat, aku terperosok pada satu klub menulis yang sok asik sok disiplin, ajajajaja. Dan MakSab adalah salah satu dedengkot di sana. Singkat cerita, sampai hari ini, beliau tetap istiqomah menulis cerpen, bahkan sudah ada novel juga. Weww! Dahsyat! Mau baca cerpennya kali ini.
Kemudian ada Kak Haditha. Jujur aku nggak ingat kapan mulai ngefollow di Twitter. Tapi kayanya tetep karena tulis-menulis. Dan sampai sekarang, meski nggak pernah banteran yang serius di sana, aku tetap melihat dia sebagai orang yang konsisten meluahkan satu-dua patah kata sebagaimana seharusnya platform itu semula berawal. *menatap sinis pada yang bikin thread panjang-panjang* Cerpen kak Haditha bisa dilihat di sini.
Lalu ada Kak Nara! Sempat aku salah orang karena mikir ini Nara yang lain (juga ada salah satu penulis yang aku suka sekali tulisannya). Tapi untung cepat tersadar kalau nama belakangnya beda, ahahaha. Aku memang punya banyak akun dengan nama-nama aneh jadi kadang aku pikir orang lain juga melakukannya. T_T Mirip dengan Kak Haditha, aku juga nggak pernah ngobrol dekat dengan beliau, tapi… aku belajar banyak dari caranya menghadapi dunia! Stay strong, warrior! 🙂 Ayo ramaikan wattpadnya!
Okeh, apalah tulisan random ini.
Langsung aja ya. Saat kepikiran tema Menggugat Yang (Lebih) Tinggi, aku sedang banyak pikiran, dan senang sekali saat baca tulisan yang masuk, tiap penulis punya interpretasi yang berani akan tema kali ini. Meski tentu ada risiko sedikit ‘preachy’ di sana-sini, tema seperti ini mau tidak mau (menurutku) akan bikin kita keluar dari zona nyaman, untuk meluahkan pikiran tapi tidak terlampau jauh masuk dalam tulisan.
Tentu karena itu yang kupahami saat belajar menulis. Bahwa pengalaman sendiri, adalah hal yang paling autentik untuk dijadikan bahan tulisan. Namun terlalu jauh memasukkan kehidupan pribadi, akan bikin cerpen kita nggak relatable (katanya). Nah, menemukan titik seimbang ini, adalah keseruan menulis.
Kadang, kita ketemu pembaca yang cocok.
Seringnya, tentu tidak, hehehe.
Jadi, kali ini aku mau bilang, dari ketiga yang sudah masuk, aku senaaaang sekali membaca tulisan kalian. Semoga masih banyak tulisan-tulisan lain yang kalian bikin, dan makin banyak yang bisa menikmatinya.
Dua orang yang beruntung kali ini adalah:
- Kak Haditha, dengan gaya menulis puitik nan artistik, tapi pesannya cukup tegas. Pesan tersampaikan dengan indah dan penuh metafora, tanpa lupa memberi ruang untuk hal-hal yang eksplisit.
- Kak Sabrina, cerita yang smooth dan alami, menurutku yang paling tidak “menggurui”. Pesan yang ingin disampaikan (kalau ada ahaha) muncul secara organik dari situasi tokohnya, bukan khutbah. Cerpen ini menggugat sesuatu yang lebih besar (AI, masa depan, eksistensi manusia, you name it) tanpa harus memaksa pembaca menerima moral tertentu.
Untuk Kak Nara, karena aku gemes dengan endingnya, ada 100k untukmu, jika berkenan! Okeh, silakan DM di Instagram atau Twitter yak! Via email juga boleh kalau mau, ahahha, di harun.malaia@gmail.com.
Sampai ketemu di #NulisBareng selanjutnya! Ada ide sebaiknya kapan? :p
*foto rumah di atas ketemu di Facebook, bukan punyaku.*



Tinggalkan Balasan