flashfiction cermin

Cermin

Tak banyak yang paham bahwa jauh di dasar tiap-tiap ‘rumah’, terdapat ruang rahasia tempat menyimpan cermin gambaran jiwa. Mulai dari gubuk derita sampai ke istana raja sekali pun, pasti punya. Semula aku pun tak tahu tentang hal ini.

Singkat cerita, aku baru saja melakukan operasi pada hidungku. Sekian lama aku memimpikannya: berhidung tinggi layaknya artis luar negeri. Tak kurang dua minggu kerjaanku hanya bercermin saja. Ketika mulai bosan, aku mencari cermin baru yang lebih besar, begitu terus berulang, sampai kemudian, saat itulah aku menemukannya. Terpasang indah pada dinding ruangan bawah tanah.

Ruangan itu ada begitu saja.

Tak sempat aku memikirkan asal-usulnya, segera aku menghambur ke depan cermin, mematut diri. Namun, yang terpampang di sana nyaris saja membuat gila. Hidungku yang seharusnya indah tampak meleleh turun. Tak hanya itu, kulitku kisut dan terlihat urat-urat berakar pada tiap ruas badan.

Sontak aku menjerit.

Tapi bayangan di cermin tidak. Ia terus mematut dirinya yang buruk rupa. Matanya berkilauan seakan ide-ide cemerlang sedang berlintasan di dalam kepala. Aku menangis, ingin berlari meninggalkan cermin tapi kakiku terpaku. Sampai akhirnya aku pingsan ketakutan.

Ketika terbangun, aku bukanlah orang yang sama. Kuceritakan pengalamanku pada suamiku dan ia hanya tersenyum penuh makna. “Hidup jangan mengejar rupa,” ia berbisik dan menarikku dalam dekapan.

Aku mengangguk perlahan. Tersadarkan.

***

Originally posted here. I made several little edit.

Author: Harun Malaia

Tinggalkan Balasan